Senin, 14 Mei 2012

Hisab dan Pertanggungan.

                                                                                    
                                                                         
                                                      Islam dan Para MalaikatNya 
Hisab dan Pertanggungan Jawab.
Ketahuilah, bahwa cara hisab (pertangggungan jawab) dihari kiamat itu berbeda-beda. Ada yang ringan, ada yang berat, ada yang sukar dan ada yang mudah. Ada yang berkesudahan dengan pijian dan ada yang berkesudahan dengan teguran. Dan Hisab berlaku bagi semua, yang mu’min maupun yang kafir. Bangsa manusia atau bangsa jin.
Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali r.a. berkata :
“Aku duduk bersama Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. pada suatu hari dimana beliau mengisahkan cerita-cerita Bani Israil dan ummat-ummat sebelunya. Pada akhir ceritanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Wahai Ali ! Allah Ta’ala mengutus malaikat Jibril untuk menceritakan padaku tentang hal ihwal ummatku dan bahwa di antara ummatku ada orang-orang yang menghadap kepada Allah Ta’ala di waktu hisab dan berbicara kepadaNya, sebagaimana seseorang berbicara terhadap lawan bicaranya.
Aku bertanya kepadanya : Wahai Jibril ! Dapatkah seseorang melakukan itu ? berilah aku penjelasan hai Jibril ? Malaikat Jibril menjawab : Aku akan memberitahukan pada Engkau, setelah memperoleh idzin dari Allah Ta’ala. Pergilah malaikat jibril sesaat, kemudian kembali lagi sambil tersenyum dan berkata : Aku telah memperoleh cerita yang ajaib wahai Muhammad s.a.w.   Apakah itu wahai Jibril ? kataku, Malaikat Jibril berkata : Pertama, ketahuilah wahai Muhammad bahwa di hari kiamat, Allah Ta’ala menyerahkan pada seseorang buku catatan amalnya, lalu bertanya, setelah orang itu melihat dan memeriksa isinya. Betulkah itu semuanya engakau yang melakukannya ? Allah Ta’ala bertanya. Tidak tahu Tuhanku, sang hamba menjawab. Allah Ta’ala berfirman : Para malaikatku yang mencatat itu semua, sedang engkau dalam keadaan lengah dan tidak sadar. Sang hamba menjawab : Sesungguhnya para malaikat pencatat itu hamba-hambaMu wahai Tuhanku, mereka bisa mencatat apa-apa yang mereka kehendakki, namu Engkaulah wahai Tuhanku Hakim yang tidak menerima pengaduan, selain dengan bukti yang nyata. Allah Ta’ala berfirman : Wahai hambaKu, siapakah yang harus menjadi saksi ?
Padahal para malaikat itu semuanya hamba-hambaku, dan engkau telah menolak semua catatannya. Bagaimana jika Aku {Allah} menjadikan anggauta badanmu sebagai saksi ? Dapatkah engkau menerima dan mengakuinya ? Hamba itu menjawab : Ya aku terima wahai Tuhanku. Lalu Allah Ta’ala berfirman kepada lidah si hamba : Dengan kuasa-Ku berbicaralah wahai lidah dan jangan berbicara melainkan yang benar. Maka berkatalah si lidah menceritakan segala yang diperbuat selama di dunia yang baik maupun yang buruk. Mendengar kesaksian si lidah, si hamba berkata : Wahai Tuhanku. Engkau mengetahui bahwa lidahku adalah musuhku di dunia dan dosa-dosa terjadi sebab karenanya dan kelancangannya. Maka dari itu aku tidak bisa menerima kesaksiannya. Dan Engkau adalah Hakim yang adil, tidak akan menerima kesaksian seorang musuh terhadap musuhnya.
Allah Ta’ala berfirman : Baiklah, Aku panggil kedua tanganmu untuk memberikan kesaksiannya. Maka dengan idzin Allah Ta’ala berbicaralah kedua tangannya itu, menceritakan segala perbuatannya selama di dunia. Namun begitu selesai, si hamba tetap menolak penyaksiannya dengan alasan bahwa menurut syari’aht Rasulullah s.a.w. satu saksi tidak cukup dan harus ada saksi yang kedua untuk menguatkan saksi yang pertama, sedang kedua tangan itu termasuk satu saksi. Lalu Allah Ta’ala menerima alasan itu dan memerintahkan kedua kakinya untuk memberikan kesaksiannya. Dengan idzin Allah, berbicaralah kedua kaki si hamba menceritakan segala amal perbuatanya selama di dunia.
Dengan kesaksian yang diberikan oleh kedua kakinya itu terdiamlah si hamba dengan heran dan takjub. Lalu si hamba itu menegurnya. Wahai anggauta badanku, akulah kamu dan kamulah aku. Aku telah membelamu agar selamat dari api neraka ,akan tetapi kamu malah menjerumuskan diri kesitu. Seluruh anggauta badan berkata : Kami diperintahkan untuk memberikan kesaksian yang benar dan mengucapkan kata-kata yang haq.”
Dan akhirnya Allah Ta’ala memutuskan, agar malaikat Zabaniyah menyeret hamba itu keneraka. Kemudian si hamba itu berkata, setelah mendengar putusa hukuman dari Allah Ta’ala : Di manakah rahmat Engkau wahai yang Maha Penyayang ? Allah Ta’ala berfirman : Rahmat-Ku hanya untuk orang-orang Islam yang beriman kepada-Ku yang menjauhkan diri dari segala larangan-larangan-Ku  dan  melaksanakan segala perintah-perintah-Ku. Dan segala keingkaran dan kemusyrikan dan takut akan adzab dan siksa-Ku. Namun jika engkau mau mengakui akan kesalahan dan dosamu, Aku {Allah} akan mengampuni dosa-dosa engkau. Si hamba berkata : Wahai Tuhanku, aku mengaku bersalah, aku amat takut akan adzab dan siksa-Mu akan api neraka. Lalu Allah Ta’ala berfirman kepada malaikat-malaikatnya : Bawalah hamba-Ku ini kesyurga sebab Aku {Allah} telah mengampuninya. Lalu oleh malaikat di bawa ke syurga. Dan berserulah kepadanya : Masuklah engkau ke syurga dengan damai dan aman.

Sabtu, 05 Mei 2012

Malaikat Raqib dan Atiid.

                                                                                   
                                                                        
                                                     Islam dan Para MalaikatNya 

Malaikat Raqib dan Atiid.
Malaikat Raqib dan Atiid termasuk Dua diantara malaikat sepuluh yang harus diketahui dan di Imankan. Kedua malaikat itu bertugas sebagai pencatat segala perbuatan manusia. Yang satu {yaitu Raqib} bertugas sebagai pencatat yang baik, sedangkan {yaitu Atiid} bertugas mencatat semua yang buruk {jelek}. Disebutkan, bahwa setiap manusia itu ada dua malaikat pendamping. Yang satu berada disebelah kanan bertugas mencatat kebaikan seseorang, tanpa penyaksian orang lain, sedangkan yang lain berada disebelah kiri bertugas mencatat kejahatan seseorang, tetapi dengan penyaksian kawannya.
Posisi kedua malaikat itu senantiasa berpindah-pindah, jika orang yang didampingi itu duduk, maka yang satu berada dikanannya, sedang yang lain berada dikirinya. Jika orang yang didampingi berjalan, maka yang satu berada dibelakang, sedang yang satu berada dimuka. Jika yang didampingi itu tidur, maka yang satu didekat kepala, sedang yang lainnya berada didekat kedua kakinya.
Sebagian riwayat menyebutkan, setiap manusia itu ada (5) lima malaikat yang ditugaskan untuk mendampingi. Yang (2) dua bertugas disiang hari, dan yang satu tidak pernah meninggalkan tugasnya, walaupun sesa’atpun.
Sebagaimana fiman Allah Ta’ala dalam Al Qur’an :
“Lahu mu’aqqibaatun min baiyni yadayhi wamin khalfihi yahhfazhuwnahu min amrillahi innallaha laa yaghayyiru maa biqawman hhatta yughayyiru maa bi-anfusihim. Wa idza aradallahu buqawmin suu-an falaa maraddalahu wamaa lahumm-man duwnihi minwalin”.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikatnya yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah ni’mat yang ada suatu kaum {kecuali} bila mereka sendiri merubah keadaannya. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi meraka selain Dia.”
{QS. Ar Ra’d. 11}
Yang menjadi saksi di akhirat.
Disebut bahwa yang akan menjadi saksi di hari kiamat atas amal-amal / perbuatan manusia adalah (7) tujuh  :
v   Pertama : Malaikat sabagaimana firman Allah Ta’ala :
“Wal-malaa-ikattu yasyhaduwna” {Dan para malaikat memberi kesaksian}.
v   Kedua : Bumi sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Waqaalal insanaanu maalahaa. Yawma-idzin tuhhadditsu akhbaa rahaa”. {“Dan manusia bertanya : Mangapa bumi menjadi begini. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya”}.
v   Ketiga : Waktu.  Keempat : Lidah-lidah mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Yawma tasyhadu ‘alayhim al sinatahum. . .” {“Pada hari dimana-mana lidah-lidah mereka memberi kesaksian”}.
v   Kelima : Anggauta badan manusia, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Alyawma nahhtimu ‘alaa afwa ahim wa tukal-limunaa aydiyhim wa tasyhadu arjuluhum bimaa kanuw yaksibuwna”. {“Pada hari ini kami tutup / kunci mulut mereka, dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang mereka usahakan”}.
v   Keenam dan Ketujuh : Kedua Malaikat pencatat sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“. .Wa inna ‘alaykum lahhaa fizhiyna kiraman katibiyna. . .” {“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat yang mengawasi (perkerjaanmu) yang mulia disisi Allah dan yang mencatat pekerjaan itu”}.
Catatan amal di akhirat.
Ketahuilah, bahwa ketika Allah Ta’ala telah mnghimpun makhluq-makhluqnya, dan hisab (pertanggungan jawab) atas perbuatan-perbuatan mereka selagi di dunia akan dimintai pertanggungan jawabnya, maka dibagi-bagikan catatan amal dan terdengar dari seruan dari sisi Allah Ta’ala : Wahai manusia terimalah catatan amalmu dengan tangan kirimu . . .Wahai manusia terimalah catatan amalmu dengan belakang punggungmu...Wahai manusia terimalah catatan amalmu dengan tangan kananmu....Orang-orang yang beriman akan menerima catatan amalnya, dengan tangan kanan.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Faamma man uwtiya kitaabahu biyamiynihi . Fasawfa yuhha sabu-hhisaaban yusiyran . Wayan-Qalibu ilaa ahlihi masruwran”.
“Adapun orang yang diberikan kitab amalnya dari sebelah kanannya, maka Ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang ringan, dan kembali kedalam himpunan kaumnya yang sama-sama beriman dengan gembira”.
Orang-orang kafir akan menerima catatan amalnya dengan belakang punggung mereka. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Wa amma man uwtiya kitaabahu waraa-a zhahrihi fasawfa yad’uw tsubuwran wayashlaa sa’iyran”. {“Adapun orang yang disodorkan kitab amalnya dari belakang, maka ia akan berteriak : Aduh celakanya ! Dia akan masuk neraka dalam api yang menyala-nyala”}.
Maka sesungguhnya wajib bagi insan manusia untuk percaya, bahwa Allah Ta’ala telah menugaskan beberapa malaikat untuk mencatat amal-amal hambanya yang baik maupaun buruk perbuatannya didunia, dalam keadaan bergurau atau bersungguh-sungguh, dalam keadaan sadar atau lupa, diwaktu sakit atau sehat, sampai-sampai nafas atau rintihan dan semua itu tidak lepas dari pengawasan, dan semua tercatat.