Rabu, 25 April 2012

Kepedihan Al Maut.

                                                                                        
                                                                             
                                                         Islam dan Para MalaikatNya   
Nabi s.a.w. menyebutkan tentang kepedihan Al Maut.
Didalam  hal  kehidupan  manusia  disa’at  mengalami  kejadian  berhadapan akan Malakul Maut,  dari  batas  waktu  yang  telah  Allah Ta’ala  tentukan  kejadiannya dan apa yang di alaminya Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda.
{1}.  Nabi Muhammad s.a.w. bersabda :
“Law anna alama  sya’ratin  min alamil-mayyiti  wadhi-‘a ‘alas-samaawaati wal-ardhi  lamata  ah-luhumaa  bi-idz  nillahi  ta’alaa”.
“Jika  rasa  sakit  yang  seujung  rambut  dari rasa sakit yang dialami oleh mayit, diletakkan  diatas langit dan bumi, tentu penduduknya akan mati dengan idzin Allah Ta’ala”.
{2}.  Nabi Muhammad s.a.w bersabda :
“.....Huwa  qad  rutsala-tsimi-ahti  dharbahtin bis-say-fi...
“{ Dan sakitnya sakaratul  maut  itu kadar tiga ratus pukulan dengan pedang }”
{3}.  Diriwayatkan,  bahwa  ketika  Nabi Ibrahim a.s.  meninggal,  maka  Allah Ta’ala  berfirman  kepadanya : “Bagaimana  engkau  mendapati  mati  hai khalillullah?  Nabi Ibrahim a.s. menjawab : “Seperti  besi  pembakar  daging, yang diletakkan pada  bulu  basah  kemudian  ditarik.
{4}. Diriwayatkan,  bahwa  Nabi Isa a.s.  yang  diberi  mu’jizat dapat menghidupkan  orang mati,  didatangi  suatu  waktu oleh beberapa orang-orang kafir.  Dan jika menyuruhnya menghidupkan  orang  yang  baru  mati  kemungkinan bahwa orang itu belum mati. Oleh sebab itu  mereka menyuruhnya menghidupkan orang yang telah lama matinya. Tantangan itu kemudian  oleh  Nabi Isa a.s.  diterima,  dan  mereka  disuruh  memilih  mayit mana yang mereka  kehendakki.   Lalu  mereka  menunjuk  mayit  Syam bin Nun.  Maka  datanglah Nabi Isa a.s.  kekuburnya,   untuk  berdo’a  untuk diperkenankan permohonannya. Maka  dengan idzin  Allah Ta’ala  bangunlah  Syam bin Nun dari  dalam  kuburnya, dalam  keadaan rambut dan  janggut  yang beruban. Apa yang menyebabkan rambut dan janggutmu beruban.
Padahal  waktu  engkau  masih  hidup  dulu  tidak  demikian ? tanya Nabi Isa a.s. Lalu  Syam bin Nun menjawab : “Aku  mendengar  panggilan  Tuan, dan mengira kiamat  telah tiba, maka  tumbuh  uban rambut  dan  janggut  karena takut  dan terkejut. Nabi Isa a.s bertanya : “Sejak berapa tahun engkau mati ?  Selama  empat ribu tahun yang lalu, jawab Syam bin Nun,  tetapi hingga  kini  belumlah  hilang  pedihnya  Sakaratul  Maut.
Tetapi bagi orang-orang mukmin tidak demikianlah keadaannya. Sebagaimana Nabi Muhahammad s.a.w pernah bersabda :
“Wa yakhruju ruwhul-mukminina min jasadihi kamaa yakhrujusy-sya’ru minal’ajiyni”.
“Ruh  seorang  mukmin  akan  keluar  dari  jasadnya,  seperti  keluarnya  rambut dari adonan  tepung”.
Disebutkan,  bahwa  apabila  Allah Ta’ala  menghendakki  mengambil  ruhnya seorang mukmin, datanglah Malaikat Maut dari jurusan mulutnya yang ternyata pernah digunakan untuk berdzikir.  Lalu  Malaikat Maut  itu  mengurungkan  pengambilan ruh itu dan kembali kepada Allah Ta’ala untuk mengatakan hal tersebut.
Dan Allah Ta’ala memerintahkan lagi untuk mengambil ruhnya dari anggota badan lainnya.  Tetapi  setelah  akan  diambil  dari  tangannya,  dilihat  ditangannya  ada bekas perbuatan sedekah, bekas  digunakan  membantu  anak yatim,  menulis ilmu  dan  bekas  memegang  pedang untuk perang  fisabilillah.  Lalu Malaikat  Maut berpindah  kebagian  kaki.  Tetapi setelah akan diambil ruhnya  dari kaki,  dilihatnya  ada  bekas  digunakan  untuk   shalaht ke mesjid.  Lalu akan diambi ruhnya  dari  telinga,  dilihat  ada  bekas mendengarkan pembacaan Al Qur’an, dan dzikir. Lalu Malaikat Maut  berpindah  kemata,  tetapai dilihatnya  bekas  membaca Al Qur’an.
Maka kembalilah Malaikat Maut menghadap kepada Allah Ta’ala untuk mengatan hasil tugasnya,  bahwa  seluruh  anggota tubuhnya telah menjadi tabu karena amal-amal shalihnya. Kemudian  Allah Ta’ala  berfirman : “Tulislah  Nama-Ku  diatas telapak  tanganmu,  lalu  tunjukkanlah  kepada  ruh  orang  mukmin  itu,  yang  karena  cinta  terhadap Nama-Ku itu,  Ia  akan  keluar  sendiri  dari  mulutnya”.
Dilain  riwayat  disebutkan  bahwasanya  Malaikat Maut  sewaktu  menyabut Ruh dari seorang mukmin maka  berkatalah Ruh : “Aku tidak akan ikut selagi engkau belum  diperintahkan  untuk  urusan  itu.  Lalu ruh  menuntut alamat dan tanda-tanda sambil berkata : “Sesungguhnya Tuhanku  telah  menjadikan aku dan memasukkan aku kedalam  tubuhku, dan pada waktu itu engkau tidak ada.  Adapun sekarang engkau akan mengambil aku”.  
 Maka kembalilah Malaikat Maut kepada Allah Ta’ala. Lalu  berfirman Allah Ta’ala : “Apakah  engkau  telah  mencabut  Ruh  dari  seorang hambaku ? Malaikat Maut berkata : Yaa Tuhanku,  sesungguhnya  hamba-Mu  telah  berkata  begini dan begitu....dan  Ia  telah  menuntut  alamat  dan tanda-tanda kepadaku”. Allah Ta’ala berfirman lagi : Wahai Malaikat  Maut,  pergilah  kesyurga,  ambillah  Tuffah  dan  itulah  tanda-tanda-Ku,  maka perlihatkanlah  kepada  ruh  hambaku.   
Dan  Maliakat  Maut  lalu  berangkat  kesyurga  untuk mengambil Tuffah yang diatasnya tertulis :
“Bismillahir rahhmaanir rahhiymi”
Dengan  Nama  Allah Yang  Maha  Pengasih lagi  Maha Penyayang”
Setelah Tuffah itu diperlihatkan oleh Malaikat Maut kepada Ruh seorang hamba tadi, keluarlah Ruh itu dengan cepat, ni’mat dan menjadi bersih.
Panggilan terhadap Jasad {mayat}.
Disebutkan dalam Hadits, apabila seorang hamba sudah sampai pada Naza’, maka  terdengarlah penyeru dari sisi  Allah Ta’ala. Tinggalkan Ia beristirahat satu jam. Demikian pula jika ruh itu sampai kedua lutut dan pusar. Dan jika sudah sampai pada kerongkongan, maka datanglah panggilan :  Tinggalkanlah Ia sampai anggota-anggota badan itu minta idzin berpisah dengan anggota badan lainnya. Maka, mata yang satu minta idzin dengan mata yang satunya sambil mengucapkan salam :
“Assalamu ‘alaykum  ilaa yawmil Qiyaamahti”
“Keselamatan  semoga tetap bagimu sampai hari kiamaht”
Demikian pula dua telinga, dua tangan, dua kaki. Lalu ruh mengucapkan selamat tinggal dengan badan. Maka mohon perlindungan Allah Ta’ala akan pisah iman dan lisan akan berpisahnya Ma’rifaht dan iman dari hati. Maka tinggallah kedua tangannya tidak bergerak, kedua mata tidak bisa melihat, kedua telinga tidak bisa mendengar, dan satu tubuh yang tidak bernyawa,
Dengan keadaan seperti itu  bagaimana jika lisan tidak beriman dan hati tidak ma’rifaht, bagaimana tingkah dan keadaan seorang hamba dalam kubur ? Padahal disana tidak bertemu dengan seorangpun, baik kedua orang tua, anak dan saudara-saudara, tiada teman karib, tidak ada hamparan dan tiada tutup. Jika Ia tidak menyaksikan akan Allah Ta’ala, sungguh Ia dalam keadaan kerugian yang amat besar.
Disebutkan dalam suatu riwayat, tatkala Ruh sudah terpisah dengan tubuh, maka Ia dipanggil dari langit dengan tiga kali jeritan :
-     Wahai  anak  Adam ! Apakah engkau  meninggalkan  dunia,  ataukah dunia  meninggalkan engkau ?
- Apakah engkau mengumpulkan dunia, ataukah dunia mengumpulkan  engkau ?
-     Apakah  engkau  mematikan  dunia,  ataukah  dunia  mematikan  engkau ?
Dan ketika mayat diletakkan ditempat untuk dimandikan, maka Ia dipanggil lagi tiga kali :
-  Wahai  anak  Adam ! Manakah  tubuhmu  yang  kuat  itu ? Mengapa  sekarang  engkau  menjadi  lemah / tidak  berdaya ?
-  Manakah  lisanmu  yang  lantang  dulu ? Apakah  yang  menyebabkan  engkau  diam ?
-  Manakah semua  kekasihmu  itu ? Mengapa sekarang  Ia mengasingkan engkau ?
Jika mayat sudah didalam kafan, Ia dipanggil tiga kali jeritan :
-     Wahai  anak  Adam !  Engkau  akan pergi  ketempat  yang  jauh,  dengan  tanpa  bekal.
-     Engkau  akan  keluar  dari  rumah  engkau, dan  tidak  akan  kembali  lagi.
-     Engkau  akan  naik  kuda  dan  tidak  akan  naik  seperti  itu  lagi  selama-lamanya.  Engkau  akna  menjadi  penghuni  rumah  yang  penuh  kepedihan.
Ketika mayat itu dipikul diatas usungan, Ia dipanggil tiga {3} lagi jeritan :
-     Wahai  anak  Adam !  Sungguh  bahagia  jika  engkau  orang  yang  bertaubat.
-     Sungguh  beruntug  engkau,  jika  amal  engkau  baik.
-     Sungguh  beruntung  engkau,  jika  teman  engkau  itu  kerelaan  Allah Ta’ala.
Dan amat celaka engkau, jika teman engkau kutukan Allah Ta’ala. Ketika mayat diletakkan untuk disembahyangkan, Ia dipanggil lagi dengan tiga {3} jeritan :
-     Wahai  anak  Adam !  Semua  perbuatan  yang  telah engkau kerjakan akan engkau ketahui.  Jika  amal  engkau  baik,  maka  engkau melihat  baik.  Jika  buruk engkau akan melihat  buruk.
Dan ketika mayat sudah diletakkan ditepi kubur, maka dipanggil tiga {3} kali teriakan :
-     Wahai anak Adam ! Apakah persiapan engkau didunia untuk rumah yang sempit ini ?
-     Kekayaan  apa  yang engkau persiapan untuk kefakiran ini ?
-     Cahaya  apakah yang engkau persiapankan  untuk  menghadapi  tempat  yang  gelap ini ?
Dan ketika mayat sudah diletakan diliang lahat, maka dipanggil lagi tiga {3} kali jeritan :
-     Wahai anak Adam ! Ketika engkau berada dipunggungku dulu engkau bersenda gurau, sekarang engkau berada diperutku menangis.
-     Dulu  engkau berada dipunggungku bersuka ria, sekarang berada diperutku menjadi susah dan duka cita.
-     Dulu engkau diatas punggungku bisa berbicara, sekarang engkau berada diperutku menjadi diam.
Ketika  manusia / penta’ziah  pergi  / meninggalkan mayat yang sudah dikuburkan itu, maka Allah Ta’ala, berfirman :  “Wahai  hambaku, sekarang  engkau  dalam  keadaan  terpencil  sendirian,  mereka  telah pergi  dan  meninggalkan engkau dalam kegelapan kubur.  Padahal kamu  telah  berbuat  ma’siaht  dalam  kehidupanmu,  karena kepentingan {isteri dan anak}. Namun  Aku  amat  kasian kepada engkau.  Pada hari ini akan Aku rahmati engkau dengan sesuatu  yang mengagumkan  seluruh  makhluq  dan  Aku lebih kasihan kepadamu, melebihi kasih sayang  ibu  kepada anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar