Islam dan Para MalaikatNya
Nabi s.a.w. menyebutkan tentang kepedihan Al Maut.
Didalam hal kehidupan
manusia disa’at mengalami kejadian berhadapan akan Malakul Maut, dari batas waktu
yang
telah Allah Ta’ala tentukan kejadiannya dan apa yang di alaminya Nabi
Muhammad s.a.w. pernah bersabda.
{1}.
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda :
“Law anna
alama sya’ratin min alamil-mayyiti wadhi-‘a ‘alas-samaawaati wal-ardhi lamata
ah-luhumaa bi-idz nillahi
ta’alaa”.
“Jika rasa
sakit yang seujung
rambut dari rasa sakit yang
dialami oleh mayit, diletakkan diatas
langit dan bumi, tentu penduduknya akan mati dengan idzin Allah Ta’ala”.
{2}. Nabi Muhammad s.a.w bersabda :
“.....Huwa qad
rutsala-tsimi-ahti dharbahtin
bis-say-fi...”
“{
Dan sakitnya sakaratul maut itu kadar tiga ratus pukulan dengan pedang }”
{3}. Diriwayatkan, bahwa
ketika Nabi Ibrahim a.s. meninggal, maka Allah
Ta’ala berfirman kepadanya : “Bagaimana engkau
mendapati mati hai khalillullah? Nabi Ibrahim a.s. menjawab : “Seperti besi pembakar
daging, yang diletakkan pada
bulu basah kemudian
ditarik.
{4}. Diriwayatkan, bahwa
Nabi Isa a.s. yang diberi
mu’jizat dapat menghidupkan orang mati,
didatangi suatu waktu oleh beberapa orang-orang kafir. Dan jika menyuruhnya menghidupkan orang yang baru mati
kemungkinan bahwa orang itu belum mati.
Oleh sebab itu mereka menyuruhnya
menghidupkan orang yang telah lama matinya. Tantangan itu kemudian oleh Nabi
Isa a.s. diterima, dan mereka disuruh memilih mayit mana yang mereka kehendakki. Lalu mereka menunjuk
mayit Syam bin Nun. Maka datanglah
Nabi Isa a.s. kekuburnya, untuk berdo’a untuk diperkenankan permohonannya. Maka dengan idzin Allah Ta’ala bangunlah Syam bin Nun dari dalam
kuburnya, dalam keadaan rambut
dan janggut yang beruban. Apa yang menyebabkan rambut dan
janggutmu beruban.
Padahal waktu engkau
masih hidup dulu
tidak demikian ? tanya Nabi Isa a.s. Lalu Syam bin Nun menjawab : “Aku mendengar panggilan
Tuan, dan mengira kiamat telah
tiba, maka tumbuh uban rambut
dan janggut karena takut
dan terkejut. Nabi Isa a.s bertanya : “Sejak berapa tahun engkau mati ? Selama
empat ribu tahun yang lalu, jawab Syam bin Nun, tetapi hingga
kini belumlah hilang
pedihnya Sakaratul Maut.
Tetapi bagi
orang-orang mukmin tidak demikianlah keadaannya. Sebagaimana Nabi Muhahammad
s.a.w pernah bersabda :
“Wa yakhruju
ruwhul-mukminina min jasadihi kamaa yakhrujusy-sya’ru minal’ajiyni”.
“Ruh seorang
mukmin akan keluar
dari jasadnya, seperti
keluarnya rambut dari adonan tepung”.
Disebutkan, bahwa apabila
Allah Ta’ala menghendakki mengambil ruhnya seorang mukmin, datanglah Malaikat Maut
dari jurusan mulutnya yang ternyata pernah digunakan untuk berdzikir. Lalu Malaikat
Maut itu mengurungkan pengambilan ruh itu dan kembali kepada Allah
Ta’ala untuk mengatakan hal tersebut.
Dan Allah Ta’ala
memerintahkan lagi untuk mengambil ruhnya dari anggota badan lainnya. Tetapi setelah akan diambil
dari tangannya, dilihat ditangannya ada bekas perbuatan sedekah, bekas digunakan
membantu anak yatim, menulis ilmu dan bekas
memegang pedang untuk perang fisabilillah. Lalu Malaikat Maut berpindah
kebagian kaki. Tetapi setelah akan diambil ruhnya dari kaki, dilihatnya ada bekas digunakan untuk shalaht ke mesjid. Lalu akan diambi ruhnya dari telinga,
dilihat ada bekas
mendengarkan pembacaan Al Qur’an, dan dzikir. Lalu Malaikat Maut berpindah kemata, tetapai dilihatnya bekas membaca
Al Qur’an.
Maka kembalilah Malaikat
Maut menghadap kepada Allah Ta’ala untuk mengatan hasil tugasnya, bahwa seluruh anggota tubuhnya telah menjadi tabu karena
amal-amal shalihnya. Kemudian Allah
Ta’ala berfirman : “Tulislah Nama-Ku diatas telapak tanganmu,
lalu tunjukkanlah kepada
ruh orang mukmin itu, yang karena cinta terhadap
Nama-Ku itu, Ia akan
keluar sendiri dari
mulutnya”.
Dilain riwayat
disebutkan bahwasanya Malaikat Maut
sewaktu menyabut Ruh dari seorang
mukmin maka berkatalah Ruh : “Aku tidak
akan ikut selagi engkau belum
diperintahkan untuk urusan
itu. Lalu ruh menuntut alamat dan tanda-tanda sambil
berkata : “Sesungguhnya Tuhanku
telah menjadikan aku dan
memasukkan aku kedalam tubuhku, dan pada
waktu itu engkau tidak ada. Adapun
sekarang engkau akan mengambil aku”.
Maka
kembalilah Malaikat Maut kepada Allah Ta’ala. Lalu berfirman Allah Ta’ala : “Apakah engkau telah mencabut
Ruh dari seorang
hambaku ? Malaikat Maut berkata : Yaa Tuhanku,
sesungguhnya hamba-Mu telah
berkata begini dan begitu....dan Ia telah menuntut
alamat
dan tanda-tanda kepadaku”. Allah Ta’ala berfirman lagi : Wahai
Malaikat Maut, pergilah
kesyurga, ambillah Tuffah
dan itulah tanda-tanda-Ku, maka perlihatkanlah kepada
ruh hambaku.
Dan Maliakat
Maut
lalu berangkat kesyurga untuk mengambil Tuffah yang diatasnya tertulis
:
“Bismillahir rahhmaanir rahhiymi”
“Dengan Nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang”
Setelah Tuffah itu
diperlihatkan oleh Malaikat Maut kepada Ruh seorang hamba tadi, keluarlah Ruh
itu dengan cepat, ni’mat dan menjadi bersih.
Panggilan terhadap Jasad {mayat}.
Disebutkan dalam Hadits,
apabila seorang hamba sudah sampai pada Naza’, maka terdengarlah penyeru dari sisi Allah Ta’ala. Tinggalkan Ia beristirahat satu
jam. Demikian pula jika ruh itu sampai kedua lutut dan pusar. Dan jika sudah
sampai pada kerongkongan, maka datanglah panggilan : Tinggalkanlah Ia sampai anggota-anggota badan
itu minta idzin berpisah dengan anggota badan lainnya. Maka, mata yang satu
minta idzin dengan mata yang satunya sambil mengucapkan salam :
“Assalamu
‘alaykum ilaa yawmil Qiyaamahti”
“Keselamatan semoga tetap bagimu sampai hari kiamaht”
Demikian pula dua
telinga, dua tangan, dua kaki. Lalu ruh mengucapkan selamat tinggal dengan
badan. Maka mohon perlindungan Allah Ta’ala akan pisah iman dan lisan akan
berpisahnya Ma’rifaht dan iman dari hati. Maka tinggallah kedua tangannya tidak
bergerak, kedua mata tidak bisa melihat, kedua telinga tidak bisa mendengar,
dan satu tubuh yang tidak bernyawa,
Dengan keadaan
seperti itu bagaimana jika lisan tidak beriman
dan hati tidak ma’rifaht, bagaimana tingkah dan keadaan seorang hamba dalam kubur
? Padahal disana tidak bertemu dengan seorangpun, baik kedua orang tua, anak
dan saudara-saudara, tiada teman karib, tidak ada hamparan dan tiada tutup.
Jika Ia tidak menyaksikan akan Allah Ta’ala, sungguh Ia dalam keadaan kerugian yang
amat besar.
Disebutkan dalam
suatu riwayat, tatkala Ruh sudah terpisah dengan tubuh, maka Ia dipanggil dari
langit dengan tiga kali jeritan :
-
Wahai
anak Adam ! Apakah engkau meninggalkan
dunia, ataukah dunia meninggalkan engkau ?
- Apakah engkau mengumpulkan dunia, ataukah dunia mengumpulkan engkau ?
-
Apakah
engkau mematikan dunia,
ataukah dunia mematikan
engkau ?
Dan ketika mayat diletakkan ditempat untuk dimandikan,
maka Ia dipanggil lagi tiga kali :
- Wahai
anak Adam ! Manakah tubuhmu
yang kuat itu ? Mengapa
sekarang engkau menjadi
lemah / tidak berdaya ?
-
Manakah
lisanmu yang lantang
dulu ? Apakah yang menyebabkan
engkau diam ?
- Manakah semua kekasihmu
itu ? Mengapa sekarang Ia
mengasingkan engkau ?
Jika mayat sudah didalam kafan, Ia dipanggil tiga kali
jeritan :
-
Wahai
anak Adam ! Engkau
akan pergi ketempat yang
jauh, dengan tanpa
bekal.
-
Engkau
akan keluar dari
rumah engkau, dan tidak
akan kembali lagi.
-
Engkau
akan naik kuda
dan tidak akan
naik seperti itu
lagi selama-lamanya. Engkau
akna menjadi penghuni
rumah yang penuh
kepedihan.
Ketika mayat itu dipikul diatas usungan, Ia dipanggil tiga {3} lagi jeritan :
-
Wahai anak Adam !
Sungguh bahagia jika
engkau orang yang
bertaubat.
-
Sungguh
beruntug engkau, jika
amal engkau baik.
-
Sungguh
beruntung engkau, jika
teman engkau itu
kerelaan Allah Ta’ala.
Dan amat celaka
engkau, jika teman engkau kutukan Allah Ta’ala. Ketika mayat diletakkan untuk disembahyangkan,
Ia dipanggil lagi dengan tiga
{3} jeritan :
-
Wahai anak Adam !
Semua perbuatan yang
telah engkau kerjakan akan engkau ketahui. Jika
amal engkau baik,
maka engkau melihat baik.
Jika buruk engkau akan
melihat buruk.
Dan ketika mayat sudah diletakkan ditepi kubur, maka
dipanggil tiga {3} kali
teriakan :
-
Wahai anak Adam ! Apakah persiapan engkau didunia untuk
rumah yang sempit ini ?
-
Kekayaan apa yang engkau persiapan untuk kefakiran ini ?
-
Cahaya apakah yang
engkau persiapankan untuk menghadapi
tempat yang gelap ini ?
Dan ketika mayat sudah diletakan diliang lahat, maka
dipanggil lagi tiga {3} kali
jeritan :
-
Wahai anak Adam ! Ketika engkau berada dipunggungku dulu
engkau bersenda gurau, sekarang engkau berada diperutku menangis.
-
Dulu engkau berada
dipunggungku bersuka ria, sekarang berada diperutku menjadi susah dan duka
cita.
-
Dulu engkau diatas punggungku bisa berbicara, sekarang
engkau berada diperutku menjadi diam.
Ketika manusia / penta’ziah pergi /
meninggalkan mayat yang sudah dikuburkan itu, maka Allah Ta’ala, berfirman : “Wahai hambaku, sekarang engkau dalam
keadaan terpencil sendirian, mereka telah pergi dan meninggalkan engkau dalam kegelapan
kubur. Padahal kamu telah berbuat ma’siaht dalam kehidupanmu, karena kepentingan {isteri dan anak}. Namun Aku amat
kasian kepada engkau. Pada hari ini akan Aku rahmati engkau dengan
sesuatu yang mengagumkan seluruh
makhluq dan Aku lebih kasihan kepadamu, melebihi kasih sayang
ibu kepada anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar